1. RONGGENG GUNUNG
Kesenian berjenis tarian ini erat kaitannya dengan cerita rakyat yang ada di Pangandaran. Cerita tersebut secara garis besar berisi niat pembalasan dendam Dewi Siti Samboja atau Dewi Rengganis yang ditinggalkan oleh orang terkasihnya Raden Anggalarang. Diceritakan, bahwa dahulu pada saat Raden Anggalarang hendak mendirikan sebuah kerajaan di daerah Pananjung (yang sekarang menjadi Cagar Alam Pananjung) sempat dilarang oleh ayahnya, yakni Prabu Haur Kuning dari Kerajaan Galuh dengan sebab daerah tersebut dengan markas para perompak.
Tetapi Raden Anggalarang tetap mendirikan kerajaan nya disana, hingga pada suatu saat tibalah penyerangan perompak yang dipimpin oleh Kalasamudra yang menyebabkan Raden Anggalarang gugur. Dewi Siti Samboja yang berhasil menyelamatkan diri dengan para pengikutnya, menyamar sebagai penari Ronggeng Gunung dan mengubah namanya menjadi Dewi Rengganis. Selama mementaskan tarian Ronggeng Gunung, mereka menutup wajah mereka dengan topeng. Selain itu, mereka selalu menampilkan tarian tersebut dengan berpindah tempat guna memancing perhatian para perompak yang dipimpin oleh Kalasamudra.
Hingga waktunya tiba, para perompak yang dipimpin oleh Kalasamudra bergabung dalam tarian tersebut. Kalasamudra yang lengah ditengah tarian Ronggeng Gunung, ditikam oleh Dewi Rengganis dengan belati dan pada saat itulah dendam atas kematian suaminya terbalaskan.
Dalam setiap penampilan nya, Dewi Rengganis selalu menyanyikan kawih tentang kehilangan dan kepedihan hati, mengenang suaminya yang telah gugur ditangan para perompak. Bahkan yang setelah gugurpun tidak diperlakukan secara hormat, jenazah nya diarak dan dibuang ditengah samudera.
2. RENGKONG
Rengkong disebut sebagai kesenian “Awal dari Prosesi Panen”. Para penari laki-laki yang membawa pikulan dari batang bambu utuh dan di kedua ujung bambu digantungkan masing-masing seikat padi. Gantungan padi tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga jika pikulan bambu digoyang-goyang akan menghasilkan bunyi-bunyi berirama. Permainan gerak dan bunyi pertunjukan Rengkong juga diiringi tabuhan dari kendang dan gamelan.
3. EBEG / KUDA LUMPING
Kuda lumping dari Kabupaten Pangandaran biasanya dipertunjukkan oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok pada saat acara khitanan anak laki-laki. Kuda Lumping yang sangat digemari oleh kalangan umum ini biasanya menyuguhkan atraksi magis, seperti kesurupan, kekebalan tubuh terhadap cambuk dan benda tajam, misalnya seperti memakan pecahan kaca. Masyarakat Pangandaran lebih sering menyebutnya “Ebeg” yang pertujukannya mengandung beberapa unsur humor.
4. HAJAT LAUT
Acara ini merupakan pesta laut yang diselenggarakan setiap awal bulan Syura oleh warga Kabupaten Pangandaran, khususnya para nelayan. Hajat laut atau pesta laut dimaksudkan sebagai ucapan serta bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah serta keselamatan terhadap nelayan. Pada acara ini bisanya ratusan perahu dengan berbagai warna dan ornamen akan mengiringi perahu pengangkut joli atau dongdang, yakni perhau yang berisi bermacam sesaji didalamnya. Salah satu unsur sesaji yang paling menonjol dalam acara ini adalah kepala kerbau yang nantinya akan dilemparkan ke laut.
5. LEBON
Kesenian Lebon adalah salah satu kesenian khas Kabupaten Pangandaran yang mulai dikenal dan berkembang di Pangandaran pada tahun 1950. Seni Lebon sebagai salah satu tradisi adat petarungan jawara antar kampung. Seni Lebon pada zaman dahulu merupakan salah satu kebudayaan untuk menyelesaikan suatu permasalahan seperti sengketa lahan. Unsur dari kesenian tersebut terdiri dari dua orang yang bertanding, satu orang wasit dan penabuh beberapa penabuh gamelan.
Tahapan permainan nya yaitu, penabuh gamelan akan memberi intro dengan membunyikan irama-irama tertentu hingga pada pertengahannya akan menjadi sedikit lebih cepat. Biasanya ketika irama yang dibunyikan menjadi lebih cepat, sang wasit akan menyiapkan pasangan orang yang bertanding dan memberi tanda kepada keduanya kapan pertandingan dimulai dan berhenti. Kedua orang yang bertanding akan diberikan perlengkapan semacam perisai yang dibuat dalam bentuk silinder dan dimasukan ke tangan kiri dan diberikan juga tongkat sepanjang sekitar 40cm ditangan kanan, lalu keduanya akan saling memukulkan tongkat tersebut, dengan catatan harus mengenai perisai silinder pada lawannya. Dalam rata rata pementasan, pertandingan terdiri dari tiga putaran, dimana orang yang menang dua kali putaran akan menang.
0 Comments
Posting Komentar